Suatu novel sangat interesan dengan tema yang pada dasarnya sangat sederhana sekali, tetapi memerlukan pengetahuan psikologi dan intelek untuk dapat menangkapnya. Novel ini dapat dinamakan parodi atau satire.
Buku ini bercerita tentang seorang pelukis (yang lagi-lagi tak bernama), yang dalam buku disebut sebagai ‘Tokoh kita’, atau dalam salah satu fragmennya si tokoh kita diceritakan menulis namanya sebagai ‘Ganda En’ (‘No Name’), yang entah baru atau sudah lama, kehilangan istrinya, dan usaha mati-matian si pelukis untuk melupakannya (atau pada akhirnya memaknainya?). Selayaknya setting waktu dan tempat (yang hanya digambarkan sebagai sebuah kota yang sebagian besar penduduknya sudah kehilangan akal sehatnya), para tokoh dalam novel inipun hadir dengan kebulatan karakternya dari awal. Seolah kita dihantam oleh pernyataan ‘tidak perlu bertanya, terima saja’. Novel ini jelas bukan roman, memoar apalagi novel etnografis (apapun itu kemudian diartikan). Namun dengan brilian, Iwan Simatupang menyuguhkan sebuah sajian antropologis yang nikmat pada setiap halamannya.