Sejak decade 1970-an, Gereja Lokal di Flores (Nusa Tenggara Timur) sudah menggalakkan upaya pastoral untuk memberdayakan komunitas Basis Gerejani (KBG). Gerakan ini dirasa krusial untuk membuat Gereja dengan nilai-nilai imani-nya bisa hadir secara lebih konkret, menyapa, kontekstual, atau efektif dalam hidup umat manusia. Karena itu, gerakan ini pada intinya adalah sebuah upaya untuk membaharui cara menggereja. Akan tetapi, apabila ditelisik lebih dalam, gerakan ini adalah juga satu bentuk gerakan sosial baru (GSB) dalam hidup menggereja. Sebab dalam gerakan ini, paradigm, budaya, atau perpsektif baru dalam cara-menggereja turut dihidupkan. Karena itu, studi ini bukanlah sekedar sebuah evaluasi terhadap implementasi dan pencapaian sebuah program dari Gereja lokal. Lebih dari itu, ia juga merupakan suatu studi tentang satu kasus GSB itu. Di samping itu, tampak bahwa upaya pemberdayaan KBG ini adalah juga sesuatu yang selaras zaman. Itu demikian karena ketika kuasa (power) kian bergerak ke dan mengakar di periferi, KBG-niasi justru beriktiar untuk memberdayakan komunitas akar rumput yang ada di periferi itu. Karena itu, buku ini seharusnya tidak dibaca oleh para agen pastoral atau pun umat di wilayah penelitian. Ia juga akan cocok dibaca oleh para peminat teori GSB dan mereka yang terlibat dalam upaya memberdayakan komunitas akar rumput.